Alhamdulillah, hari ini aku telah tamat membaca Novel Ranah Tiga Warna, karya A. Fuadi. Novel ini adalah buku kedua dari Trilogi Negeri Lima Menara. Sejujurnya aku belum membaca buku pertama. Begitu juga buku kedua ini yang hanya berakhir pada niat saja, sejak tujuh tahun yang lalu. Ya, ini adalah novel milik suami, yang lengkap dengan tanda tangan penulisnya. Langsung dihadiahkan oleh Sang Mertua dari Bang Fuadi 8 tahun lalu.
Pada awalnya memang aku tertarik, tapi entah mengapa, urung aku baca. Hingga akhirnya aku melihat iklan penayangan Film Ranah Tiga Warna yang sebenar lagi mucul di bioskop. Seperti biasanya, aku menonton membaca buku lalu menonton film. Semoga saja aku tak kecewa. Seperti saat menonton Ayat Ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih.
Berbeda saat aku membaca dulu novel setelah menonton film. Tentu saja aku merasakan sesasi yang berbeda. Seperti yang aku alami saat membaca novel Wedding Agreement dan Dua Garis Biru. Isi bukunya jadi terlihat lebih kaya dan bermakna lebih dalam.
Kembali pada Novel Ranah Tiga Warna. Aku mendapatkan banyak sekali pelajaran, tentang keuletan, keyakinan, serta kesabaran. Tentu saja dengan tambahan banyak sekali pengetahuan di dalamnya. Terkait ajaran-ajaran Islam yang kental dan imajinasi latar tempat di berbagai negara, khususnya Kanada. Berbalut cerita tentang keluarga dan percintaan membuat novel ini jadi lebih nendebarkan saat dibaca.
Senyum tawa, rasa bangga, dan air mata tak pelak menghapiriku sebagai pembaca. Bahasa yang digunakan sangat ringan, meskipun menggunakan beberapa kosakata Minang dan Inggris. Sangat senang sekali menuntaskan buku ini. Tak hanya sekedar memberikan hiburan, tetapi juga banyak pelajaran.
Komentar
Posting Komentar