Kajian Ustadz Bendri Jaisyurrahman dua pekan lalu di Masjid Babussalam SRI, tentang Membangun Keluarga Sakinah.
Diawali dengan ikhtiar para jamaah untuk datang menghadiri majelis ilmu, yang ikut serta membawa anak-anak. Ustadz menyampaikan dengan bahagia bahwa sebenarnya kita sedang melakukan “display” kepada anak-anak kita dan berupaya menjadi sales marketing bagi produk terbaik, yaitu Agama Islam. Hal ini tidaklah mudah, banyak ujian, banyak pula cobaan. Namun, yakinlah bahwa jika kita melakukan sesuatu yang berat, timbangan pahalanya pun insyaAllah juga berat. Aamiin Allahumma Aamiin.
Masuk ke materi, Ustadz Bendri mengawali dengan memberi contoh-contoh ujian dan cobaan yang sering dialami pasangan suami-istri. Siapakah pelakunya dan apa bentuknya? Hadirnya “Pelakor” (Perebut Laki Orang) dan “Pebinor” (Perebut Bini Orang)? Harta? Jabatan? Bukan, itu hanya bentuk luarnya saja, tetapi dibalik itu ada syaithan! Ya, “setan” lah yang paling suka merusak rumah tangga manusia.
Dengan ini, kita harus selalu berusaha untuk memiliki rumah tangga dengan pondasi yang lebih kuat daripada kekuatan setan, agar keluarga kita Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah. Tentu bahasan SAMAWA ini terlalu luas menurut Ustadz Bendri dan tidaklah cukup dijabarkan dalam satu waktu kajian saja. Biasanya beliau menjelaskan hal ini bisa lebih dari 15 pertemuan.
Oleh sebab itu, pembahasan pun mengerucut pada istilah “Sakinah”
Sakinah bermuara pada kata “sakanun” (QS. An-Nahl: 80)
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ جُلُودِ الْأَنْعَامِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ ۙ وَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا إِلَىٰ حِينٍ
Dan Allah menjadikan rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagimu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit hewan ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya pada waktu kamu bepergian dan pada waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan kesenangan sampai waktu (tertentu).
Keluarga sakinah, berarti menjadikan diri kita untuk selalu memiliki perasaan rindu untuk kembali ke tempat tinggal kita, yaitu rumah. Rumah yang seperi apa? Terkadang kita lupa, membangun rumah secara fisik semegah-megahnya, tapi tidak membangun suasana kenyamanan di dalam rumah. Oleh sebab itu, bagunlah sebuah rumah yang seperti surga agar kita selalu rindu untuk berada di dalamnya.
Siapapun yang telah membangun rumah tangga layaknya surga akan selalu rindu untuk pulang meski rumahnya amat sederhana. Sebab, yang namanya surga itu adalah sebaik-baiknya tempat tinggal dan seindah-indahnya tempat untuk istirahat (QS. Al-Furqon: 24)
أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلًا
Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.
Itulah kenapa suasana sakinah ibarat magnet yang akan membuat penghuninya betah berada di tempat tinggal. Bukan karena rumahnya mewah dengan AC yang terpasang di setiap 3 langkah, namun adanya suasana sakinah yang membuat betah. Dasar dari sakinah adalah rasa tenang, nyaman dan tidak tergesa-gesa. Semua dilakukan tidak terburu-buru.
Jika seseorang merasa jam di kantor lambat bergerak dan selalu ingin segera pulang, itu tanda masih sakinah. Begitu pula saat ia dinas keluar kota, maka biaya paling besar adalah pulsa telepon atau kuota internet. Bahkan Ustadz Bendri menceritakan kisah seorang suami yang saat tugas di tengah hutan, sampai harus mencari sinyal internet hingga naik ke atas pohon. Saking rindunya ia terhadap rumah, beserta keluarga di dalamnya.
Begitu juga, jika ada kawan di kantor yang selalu datang terlambat, Ustadz berpesan untuk berprasangka baiklah. Mungkin saja karena kuatnya suasana sakinah di dalam rumah yang membuat ia menunda-nunda untuk berangkat keluar rumah. Hehe..
Di lain pihak, waspadalah jika ada orang yang sudah mulai betah lembur di kantor. Atau senang nongkrong di luar rumah. Ini mungkin bermula dari suasana sakinah yang sudah lenyap. Naudzubillahimindzalik. Maka rumah tangga surga lagi-lagi identik dengan bertaburnya suasana sakinah. Setiap penghuni senantiasa merasa betah di dalamnya.
Jika rumah membuat keluarga tidak betah, maka rumah sudah seperti suasana neraka. Seperti yang tergambar dalam QS. Al Bayyinah, mereka selalu ingin keluar dari neraka. Ustadz Bendri menambahkan bahwa petaka pertama dalam pengasuhan pun ketika rumah tak lagi dirindukan, tak membuat anak-anak betah berada di rumah.
Hilangnya sakinah bermula dari aktivitas yang semuanya dilakukan terburu-buru dan tidak tenang saat bersama keluarga. Masak terburu-buru. Ngobrol dengan keluarga terburu-buru. Mandi terburu-buru. Makan pun terburu-buru. Ini sudah tidak sakinah.
Oleh sebab itu, mulailah kita menciptakan “Baiti Jannati” rumahku surgaku di masing-masing rumah kita. Pertama, masuklah ke dalam rumah dengan selalu mengucapkan “Salam”. Makna salam, dalam
QS. Maryam, “Mereka di dalam surga tidak pernah kendengar perkataan negatif melainkan ucapan salam.”
Kedua, ciptakan kondisi yang aman dan nyaman secara fisik dan mental. Berbicara yang bernilai positif, dialokasikan waktu khusus untuk mengobrol antar sesama anggota keluarga. Duduk saling berhadapan dengan tatapan, sentuhan yang menenangkan membuat nyaman.
Ketiga, belajar bersikap tenang dan tidak tergesa-gesa. Misalnya, saat bicara dengan pasangan dan anak. Jangan sambil bergerak mondar-mandir atau melakukan sesuatu. Berilah perhatian penuh terhadapa lawan bicara, bersikapkan lebih empati. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk memiliki manajemen waktu yang baik dalam rumah tangga kita. Sehingga setiap aktivitas yang dilakukan bisa berkualitas.
Wallahualam Bishawab...
Komentar
Posting Komentar