Kamu pernah kan dengar bahwa ucapan sebagian dari doa? Nah, kalau bercanda sebagian dari ucapan, bukan? Aku tuh sering banget, bercanda yang bernada ucapan, yang akhirnya menjadi doa. Mau tau? Begini ceritanya…
Suatu sore, usia 17 tahun, anak gadis menyapu rumah dengan tidak begitu bersemangat.
“Cin, ini masih ada yang kotor lantainya. Disapu sampai bersih, nanti punya suami brewokan lho!” Ucap ibu menyemangatiku.
“Ya gapapa klo gitu, Mah! Emang Cindy kepengen punya suami berewokan gitu, kan ganteng. Hehehe...” Sahutku usil.
Akhirnya, alhamdulillah beneran Pak Suami brewokan. Yaa… Beneran gapapa sih, menurut aku ganteng. Kalau dicukur, malah akunya baper. Padahal kalau gak dicukur, katanya gatel. Hehehe… Tak mengapa kadang demi permintaan istri, yak khan..?
Masih tentang suami, pada saat lebaran sekitar usia 20-an. Kala itu, ada kumpul keluarga besar dan para sepupu santai berbincang di teras rumah nenek di Bogor.
“Ah, setiap tahun lebaran kita gak jauh-jauh nih kumpulnya, Jakarta - Bogor aja.” Ungkap sepupuku.
Aku pun berujar, “Bener, mangkanya nanti aku mah mau nikah sama orang Jawa aja lah, biar kalau lebaran bisa diajak mudik.”
“Hahaha… Sumatra aja atau Kalimantan, Sulawesi. Bisa juga bule sekalian biar jauh mudiknya.”
“Enggak ah, repot kalau terlalu jauh. Mikirin biayanya malah gak jadi mudik juga. Bogor lagi… Jakarta lagi…”
Bercanda saat itu ternyata didengar Allah, alhamdulillah impian aku tercapai juga. Akhirnya, tahun lalu bisa mudik via tol ke daerah Jawa Tengah. Eits… Jangan salah, mudik 20 jam lewat Pantura juga udah ngerasain 4 tahun yang lalu. Hahaha… Bahagianya merasakan mudik setelah penantian lebih dari 25 tahun.
Bicara sesumbar juga ternyata pernah dilakukan ibuku lho! Saat aku usia awal remaja, tinggal di Jakarta, setiap melewati Jalan Salemba Raya.
“Tuh Cin, lihat gedung putih!” Ibuku menunjuk kampus UI Salemba.
“Apa Mah? Rumah Sakit?” Tanyaku polos.
“Bukan, itu sekolahnya mahasiswa pinter-pinter. Namanya Universitas Indonesia.”
“Ho… Iya, nanti lah Mah, Cindy sekolah di situ. Yaa tapi nanti setelah SMA, masa anak SMP jadi mahasiswa?”
“Yaa iyalah.”
Alhamdulillah akhirnya ngerasain juga jadi mahasiswa UI, pernah juga kuliah di gedung putih itu bahkan setelah SMA. Ibuku sudah tentu yang paling bahagia, karena itu pun sesungguhnya mimpi beliau sejak aku dilahirkannya ke dunia. Nah, untuk momen ini baca cerita lengkapnya di buku antologi aku ya, insyaAllah sedang dalam proses cetak. (Promosi Mode: On)
Dan masih banyak lagi cerita tentang mimpi-mimpi “receh” aku yang menjadi kenyataan. Oleh sebab itu, hati-hati ya kalau bicara dan bercanda. Pas malaikat lewat, pas dicatat, pas Allah kabulkan gimana, hayo? Hehehe… Jadi, kesimpulannya selalu berbicara baik ya, apalagi soal “impian”, insyaAllah Dia selalu mendengarkan.
Komentar
Posting Komentar