Akhirnya kemarin sore diputuskan untuk keluar dari Rumah Sakit Brawijaya setelah menunggu satu jam. Memperhatikan anak-anak bermain di playground kok rasanya was-was. Masalahnya adalah anak-anak lain yang bermain di sana kondisi kesehatan ya terlihat sedang tidak baik. Satu anak usia 5-6 tahun, berjenis kelamin perempuan asik bermain dengan akrab bersama Althaf. Namun, beberapa kali dia batuk berdahak dengan nafas yang berat. Belum lagi yang satu lagi, bolak balik menangis karena terlihat kesulitan bernafas. Hidungnya mungkin tersumbat dan beberapa kali bersin di depan Albarra.
Aku pun kemudian membujuk anak-anak untuk turun ke lantai dasar. Albarra dengan mudah diajak naik lift sementara Althaf kujanjikan makan di restoran sebelah rumah sakit dengan membeli salah satu paket menu anak berhadiah mainan. Melewati koridor, aku lihat jam menunjukkan pukul 5 sore. Kuingat informasi suster jaga di UGD kalau hasil pengecekkan darah bisa saja selesai dalam waktu satu jam. Baiklah, tak ada salahnya kumampir dulu ke bagian administrasi depan untuk menanyakan ke lab. Namun, aku pun masih diminta menunggu, dan akan dihubungi melalui telepon saat sudah siap.
Tak ada alasan lagi bagi kami untuk tetap di RS, segera lah aku, Althaf dan Albarra meluncur ke restoran sebelah. Entah mengapa anak-anak tampak senang, menerobos hujan dengan payung. Ya mungkin memang begitulah anak-anak, melihat hujan, merasakan air, baju basah adalah sebuah kesenangan. Padahal di sisi lain ada ibu yang keberatan gendong bayi hampir 17 kg, sambil bawa tas gede isi perlengkapan dua anak, tangan kiri pegang payung, dan tangan pegang anak aktif yang maunya lari mendekati jalan ramai mobil lewat. Aduh… Alhamdulillah lokasi tujuan cuma sekitar 300 meter, lebih dari itu, “Aku menyerah, Jendral!”
(Bersambung)
Komentar
Posting Komentar