Hari ini adalah hari pertamaku menulis kembali, menulis di Diary. Buku Diary atau “Buku Catatan Harian” berisi tentang kegiatan sehari-hari yang aku lakukan. Sudah hampir separuh usiaku saat ini, aku tak lagi pernah menulis di buku harian. Rasanya rindu, rindu sekali menuangkan berbagai kisah bahagia, sedih, malu dan berbagai rasa yang aku alami saat itu.
Pertama kali menulis di buku harian adalah ketika aku memasuki usia remaja, sekitar akhir Sekolah Dasar, ibu membelikan aku sebuah buku berukuran kecil, ukurannya sekitar setengah dari buku tulis sekolah. Aku suka sekali buku itu, buku dengan bagian depan dan belakang yang berbahan tebal disertai kunci gembok, seluruh halamannya bergambar kupu-kupu bernuansa ungu. Buku itu aku gunakan untuk menulis kegiatan harianku, ada juga puisi dan beberapa lirik lagu.
Pada waktu yang bersamaan, teman-temanku yang lain juga memiliki buku Diary, tetapi fungsinya berbeda. Buku ini berisi data diri teman-teman yang lain, seperti nama, tanggal lahir, hobi, warna kesukaan, sampai pantun. Pernah dengar pantun seperti ini?
“Kecil-kecil kereta api, biar hitam banyak yang antri.”
“Empat kali empat enam belas, sempat tidak sempat harus dibalas.”
Pantun tersebut ikut mewarnai halaman-halaman buku harian yang lebih cocok disebut buku Data Diri Teman. Hehehe…
Akhirnya, demi mengikuti “trend” pada saat itu, aku pun membeli lagi buku Diary yang baru, agar juga bisa mendapat data diri teman-temanku. Menulis di buku harian, yang benar-benar berisi catatan harianku pun sudah tidak lagi aku lakukan seiring dengan banyaknya kegiatan di sekolah dan bertambahnya teman-teman. Aku tak lagi “curhat” melalui tulisan tetapi langsung kepada teman. Selain sudah memiliki sahabat, aku juga punya kelompok bermain, yang juga teman satu sekolah dan satu ekstrakurikuler, biasanya kami sebut “geng”.
Sebenarnya membagi cerita kepada teman ada keuntungan dan kerugiannya juga. Aku jadi lebih cepat mendapat respon yang sesuai kebutuhan, misalnya sedang sedih, ada yang langsung menghibur. Sesekali juga aku sedang kebingungan, maka ada yang dapat langsung memberi saran. Namun, sudah tentu aku tak punya rekam jejak situasi dan kondisi serta solusi dari pengalamanku saat itu. Keterbatasan memori, membuat aku kadang tak ingat secara utuh, sehingga sayang sekali karena aku tak bisa membagi pengalaman itu kepada orang lain.
Kini aku menyadari, bahwa perlu sekali merekam segala pengalaman dalam bentuk tulisan. Sejatinya setiap orang memiliki fase hidup yang hampir sama. Hanya saja pengalaman setiap orang berbeda dan sangat unik sesuai dengan latar belakangnya, pengetahuannya, proses belajarnya, cara mengatasi masalahnya, maupun sikap yang ditampilkannya. Namun demikian, tentu permasalahan yang muncul di dalam kehidupan tak jauh berbeda, sehingga bisa saja kita mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain. Kita bisa melakukan antisipasi atau pun bisa mengikuti cara mengatasi kondisi dan situasi yang sama.
Dengan demikian, aku berfikir bukankah lebih baik jika apa yang pernah aku pikirkan, aku rasakan, aku alami, aku hadapi, dan aku lakukan bisa aku bagi dengan yang lain dalam bentuk tulisan? InsyaAllah pengalaman hidup yang dibagikan pun bisa bermanfaat bagi banyak orang yang tentunya menjadi salah satu ladang pahala. Oleh sebab itu, mulai hari ini aku akan memulai kembali untuk konsisten dalam menulis Diary. Semoga ikhtiar ini bisa menjadi karyaku di dunia dan bekalku untuk akhirat. Aamiin Allahumma Aamiin.
#nulisyuk #nulisyukbatch18a
#bundytamenulis #ceritabundyta #cigofamily #diary #diarybundyta #diarycigo #challenge #menulis #tantanganmenulis #writing #writingchallenge #writingchallenge30 #menulis30hari #onedayonepost
#bundytamenulis #ceritabundyta #cigofamily #diary #diarybundyta #diarycigo #challenge #menulis #tantanganmenulis #writing #writingchallenge #writingchallenge30 #menulis30hari #onedayonepost
Komentar
Posting Komentar